DREAMNEWS ALOR

KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN (HAKTP) di Alor, Puncak Milad Muhammadiyah ke-113 dan Milad STKIP Muhammadiyah Kalabahi ke-11 Momentum Mengokohkan Dakwah Ilmu di Tanah Kenari, PC Pergunu Alor Sampaikan LPJ Keberangkatan 26 Mahasiswa Penerima Beasiswa PP Pergunu, Orang Tua Apresiasi Transparansi,

PELANTIKAN PC IMM KABUPATEN ALOR

PELANTIKAN PC IMM KABUPATEN ALOR PERIODE 2017–2018: GERAKAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH MENUJU ALOR BERDAULAT

DreamNewsAlor.com — Suasana Aula KOPDIT Tribuana pada Sabtu, 20 Januari 2018 terasa padat energi muda. Arus mahasiswa yang datang sejak pagi memperlihatkan bahwa regenerasi kepemimpinan masih hidup di Kabupaten Alor. Prosesi Pelantikan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kabupaten Alor Periode 2017–2018 resmi dinahkodai oleh Immawan Try Setiawan Daeng Mamala, S.Pd. dengan mengangkat tema: “Aktualisasi Gerakan IMM dalam Mewujudkan Pemimpin yang Berintegritas Menuju Alor Berdaulat.”

Tema tersebut terasa relevan dengan kondisi mahasiswa Alor hari ini yang sedang berada pada fase kritis: era digital bergerak cepat, tuntutan intelektual meningkat, namun kesiapan generasi kampus masih perlu diasah agar mampu membaca perubahan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan.

Ketua Bidang Organisasi DPD IMM, Mukmin Amsidi, S.Pd., memberikan sambutan yang menggugah:

“Selamat atas dilantiknya pengurus cabang IMM Alor. Tetap amanah dan jadilah mahasiswa kreatif untuk Kabupaten Alor.”

Kreativitas yang dimaksud bukan sekadar aktif di media sosial atau membuat kegiatan seremonial, tetapi menghadirkan karya dan pemikiran yang berpengaruh bagi masyarakat. IMM sebagai organisasi kader tidak pernah dibangun untuk gaya-gayaan; ia hadir untuk pembentukan karakter dan integritas.

Sementara itu, KABIDOR DPD IMM NTT menekankan bahwa mahasiswa Alor membutuhkan ruang pembinaan yang intens. Tanpa penguatan ideologi IMM, dikhawatirkan akan muncul “generasi instan” yang pintar secara akademik tetapi tidak memiliki daya juang sosial.

“Belajarlah di dalam Ikatan. Tanpa IMM, nilai-nilai intelektualitas, humanitas, dan religiusitas akan mengalami degradasi.”

Dalam sesi dialog singkat yang dilakukan oleh tim Dream News Alor, beberapa dosen dan alumni menyampaikan keresahan. Pola mahasiswa "pergi kampus → duduk kuliah → pulang” menjadi tradisi baru yang diam-diam mematikan potensi.

Seorang alumni IMM yang kini mengajar di SMA Negeri Alor Kecil, Immawan AR, menyampaikan kepada Dream News:

“Mahasiswa sekarang banyak yang pintar, tapi tidak banyak yang berani bicara, tidak banyak yang punya gagasan. IMM harus jadi rumah untuk mengembalikan budaya kritis itu.”

Krisis idealisme inilah yang ingin ditangani oleh IMM Alor melalui perkaderan, khususnya:

  • Darul Arqam Dasar (DAD)

  • Darul Arqam Madya (DAM)

  • Latihan Instruktur Dasar (LID)

Perkaderan dianggap sebagai “ruang tempur intelektual” untuk membentuk mahasiswa berani berpendapat, peka terhadap masalah sosial, dan mampu memimpin.


Dalam konteks Kabupaten Alor, frasa “Alor Berdaulat” mengimajinasikan daerah yang:

  1. Memiliki generasi muda kuat secara akademik dan ideologis

  2. Mampu menjaga identitas budaya

  3. Tidak hanya menjadi “penonton” pembangunan, tetapi aktor utama

IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam modernis dianggap punya posisi strategis dalam mengisi ruang tersebut, terutama karena memiliki jaringan nasional dan kurikulum perkaderan yang terstruktur.

Wawancara tambahan dengan tokoh lokal, Bapak Musa K., pemerhati pendidikan di Kalabahi, memperjelas:

“Alor sedang tumbuh, tetapi SDM kita tidak boleh ketinggalan. IMM punya peran besar membangun kultur kritis. Selama ini karya-karya mahasiswa masih minim. Kita butuh organisasi yang mampu membentuk mental pejuang.”

KABIDOR IMM NTT memberi penekanan bahwa setelah pelantikan, IMM Alor harus memperhatikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) seperti:

  • sekolah Muhammadiyah,

  • rumah singgah,

  • kegiatan sosial keagamaan,

  • dan program pemberdayaan masyarakat.

Langkah ini penting agar mahasiswa tidak terputus dari realitas masyarakat dan tetap membangun koneksi antara teori kampus dengan lapangan.

“Setidaknya IMM Alor harus menjadi aktor dalam menjaga dan mengembangkan AUM. Jangan jadi organisasi yang hanya sibuk rapat, tetapi tidak hadir di tengah masyarakat.”

Penutup dari seluruh rangkaian pelantikan menyuguhkan pesan filosofis:

“Jadikanlah hidup kalian seperti lebah. Di manapun hinggap, selalu membawa manfaat.”

Makna dari perumpamaan lebah bukan sekadar retorika. Ini adalah ajakan agar setiap kader IMM Alor menjadi pembawa nilai, bukan pembawa masalah; pencari solusi, bukan pencipta konflik.

IMM Kab. Alor diharapkan menjadi garda depan mahasiswa yang peka membaca fenomena sosial, termasuk masalah:

  • pendidikan,

  • kemiskinan,

  • kesehatan,

  • kekerasan terhadap perempuan dan anak,

  • dan isu-isu pemuda di Nusa Kenari.

(Disajikan ulang dengan format profesional untuk keperluan dokumentasi dan SEO)

Ketua Umum: Try Setiawan DG Mamala, S.Pd
Kabid Organisasi: Bakri H. Laba, S.Pd.I
Kabid Kader: Syafrudin Lamudja
Kabid Hikmah: Basri S. Hasan Boling
Kabid Riset & Pengembangan Keilmuan: Muhajirin Omy
Kabid Ekonomi & Kewirausahaan: Husnul Khotimah Syukur
Kabid Immawati: Wahdania B. Arsyad
Kabid Tabligh & Kajian Keislaman: Hasrul Mahmud Tana
Kabid Media & Komunikasi: Bambang S. Golu
Kabid Seni & Olahraga: Awaludin Tobi
Kabid Sosial & Pemberdayaan Masyarakat: Radinal Deni

Sekretaris, Sekbid, dan Bendahara dicantumkan lengkap sesuai data asli.

Dengan komposisi kepengurusan baru, IMM Alor diharapkan tidak hanya hadir sebagai organisasi mahasiswa, tetapi sebagai penggerak perubahan. Kabupaten Alor membutuhkan generasi yang kuat ideologinya, cerdas analisisnya, dan luas pergaulannya.

Pelantikan ini bukan sekadar acara formal. Ini adalah deklarasi bahwa mahasiswa Alor siap bangkit, siap mengambil peran, dan siap menjadi bagian dari sejarah baru Alor Berdaulat.

Baca Juga !

About PENDIDIKAN UNTUK NEGERI

The Dreamnews Alor Community is a community established on February 12, 2022, by six founders: Mukmin, Asmar, Bunda, Dhian, Tyadiana, and Hadat. Its main goal is to improve literacy and numeracy for children in remote areas of the country, especially in regions far from the city and with limited access to education. The community focuses on the fields of education, social issues, religion, politics, and other areas.