Di usia muda, kita punya kekuatan, semangat, dan waktu. Sayangnya, tidak
sedikit anak muda hari ini yang justru terlena dengan zona nyaman. Fokus hanya
pada kuliah, bergaya seperti hidup tak ada beban, padahal realitas di balik
layar rumahnya adalah jerih payah orang tua yang mulai menua, mengorbankan
banyak hal hanya untuk melihat kita duduk di bangku kuliah. Seringkali kita
lupa, bahwa tidak semua hal bisa terus disandarkan pada pundak orang tua
Mari buka mata. Lihat bagaimana ayah dan ibu kita mulai menua, bagaimana
tubuhnya tak lagi sekuat dulu, tapi masih memaksa bekerja demi membayar uang
kuliah, kos, hingga jajan kita yang kadang berlebihan. Kita tidak sedang
diminta untuk membalas semua jasa mereka karena itu tak akan pernah cukup. Tapi
paling tidak, ringankanlah. Jangan biarkan impian kita menjadikan mereka tumbal
yang kelelahan di usia senja.
Tidak ada salahnya kuliah sambil bekerja. Justru dari situ kita belajar
arti sebenarnya dari tanggung jawab dan perjuangan. Jangan gengsi jadi wiraswasta,
kurir, atau buka jualan online kecil-kecilan. Asal halal, itu jauh lebih
terhormat daripada hidup penuh gaya padahal isi dompet minta belas kasih. Percayalah,
capek kerja sambil kuliah itu memang ada, tapi nikmatnya ketika bisa membiayai
diri sendiri meski hanya sebagian, itu tak ternilai. Ada kepuasan batin yang
tidak bisa dibeli.
Jangan bilang tidak ada waktu. Yang ada hanyalah manajemen waktu yang buruk.
Dalam sehari ada 24 jam, dan jika kita benar-benar niat, masih banyak waktu
untuk mencari pemasukan tanpa mengganggu kuliah. Ingat, tugas kuliah tidak
datang sepanjang waktu, tapi kebutuhan hidup datang setiap hari. Semangat kita
sebagai pemuda jangan habis hanya di seminar motivasi atau unggahan Instagram
tentang pencapaian orang lain. Kita harus bergerak. Bertindak. Mulai dari
sekarang.
Kemandirian juga tentang harga diri. Sampai kapan kita hidup menggantung?
Sampai kapan orang tua terus jadi sandaran? Bukankah lebih mulia jika kita bisa
bilang, "Bu, Ayah, bulan ini biar aku bayar sendiri uang semester."
Mungkin tidak mudah, tapi bukankah kehidupan memang tentang menghadapi yang
sulit?
Untukmu yang membaca tulisan ini, ambillah momen untuk menengok kembali
ke rumah. Lihat wajah orang tuamu. Dengarkan napasnya yang mulai berat. Rasakan
genggaman tangannya yang tidak sekuat dulu. Kemudian tanyakan pada dirimu:
apakah aku tega terus membebani mereka hanya karena aku terlalu nyaman di zona
kuliah?
Bangkitlah, wahai pemuda. Saatnya keluar dari zona nyaman. Saatnya
berhenti hidup penuh gaya tapi kantong kosong. Karena pada akhirnya,
keberhasilan sejati bukan sekadar gelar sarjana jauh dari pada itu kita bisa
membuat orang tua tersenyum bangga dan berkata, “Anakku sudah dewasa.”
Penulis Sardian, S.M
0 Reviews :
Posting Komentar