Dream News Alor Gelar Workshop Penulisan Berita
Dorong Semangat Literasi Jurnalistik di Kalangan Muda
![]() |
| Workshop Penulisan Berita |
Kegiatan ini menghadirkan Maslan Bao
sebagai pemateri utama dan Bidadari Haji
sebagai moderator, serta diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai sekolah dan
komunitas literasi.
Jurnalisme Sebagai Jalan Kebenaran
Dalam materinya, Maslan Bao menegaskan bahwa jurnalisme sejati bukan sekadar menulis peristiwa, tetapi menegakkan kebenaran berdasarkan data, verifikasi, dan empati sosial.
“Jurnalis sejati tidak bekerja untuk sensasi, tapi untuk memberi terang pada masyarakat. Kebenaran adalah napas dari setiap berita,” ujarnya di hadapan peserta.
Workshop berlangsung dinamis sejak sesi
pembukaan. Para peserta belajar menulis berita menggunakan rumus 5W + 1H (What, Who, When, Where,
Why, dan How). Setiap kelompok diminta menulis laporan sederhana tentang
aktivitas sosial di sekitar mereka — mulai dari kegiatan sekolah, pasar
tradisional, hingga perayaan Maulid di desa.
Menurut Maslan Bao, “Berita tidak boleh menggantung. Setiap kalimat harus menjawab pertanyaan pembaca. Dalam jurnalisme, kejelasan adalah bentuk kejujuran.”
Dari Media Sosial ke Jurnalistik yang
Bertanggung Jawab
Moderator kegiatan, Bidadari Haji, menilai kegiatan ini sebagai langkah
penting untuk mendidik generasi muda agar melek media.
“Banyak anak muda bisa menulis status di media sosial, tapi belum tentu bisa
menulis berita yang berimbang. Lewat kegiatan seperti ini, kita belajar menulis
dengan tanggung jawab,” ungkapnya.
Peserta juga diajak mengenal empat jenis utama
berita: straight news, depth news, investigasi, dan opini.
Materi disusun kontekstual dengan mencontohkan berita-berita lokal di Alor,
seperti liputan kegiatan Festival Dugong
Pantar Barat dan Bakti Sosial Banom NU
di Dulolong.
Beberapa peserta bahkan langsung menulis berita percobaan tentang kondisi jalan
desa yang rusak dan dampaknya terhadap kegiatan belajar di SD Dulolong 2 —
contoh konkret bahwa jurnalistik bisa
dimulai dari hal sederhana namun bermakna.
Literasi Daerah Sebagai Investasi Sosial
Ketua Dream
News Alor, Yusfira Abdurahman,
S.Pd., CGMC, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program
“Alor Menulis 2025”, yang
berfokus pada pemberdayaan literasi dan pelatihan menulis di 17 kecamatan
se-Kabupaten Alor.
“Kita ingin setiap anak muda Alor bisa menulis berita, menulis kebenaran, dan
menulis sejarah. Karena daerah yang punya
penulis adalah daerah yang hidup,” tegas Yusfira.
Menurut data internal Dream News Alor, hingga Oktober 2025 sudah tercatat 147 peserta dari kalangan pelajar dan mahasiswa
yang mengikuti pelatihan menulis berita, dengan 68 di antaranya telah aktif menjadi kontributor lokal di
website dan kanal YouTube Dream News Alor.
Langkah ini menjadi model pengembangan literasi jurnalisme lokal di Nusa
Tenggara Timur yang bersumber dari komunitas sendiri, bukan lembaga besar luar
daerah.
Baca juga: Peran Santri Perempuan dalam Gerakan Sosial Alor: Fatayat NU
Hadir Menyentuh Hati
Etika Jurnalistik: Menulis dengan Hati dan
Nurani
Dalam sesi tanya jawab, beberapa peserta
bertanya tentang cara menghadapi tekanan saat meliput isu sensitif, seperti
politik lokal dan keagamaan.
Maslan Bao menegaskan pentingnya kode
etik jurnalistik dan keteguhan moral.
“Menulis berita berarti memegang kepercayaan publik. Kalau kepercayaan itu
rusak, maka seluruh nilai jurnalistik pun ikut runtuh,” tegasnya.
Bidadari Haji menambahkan, Dream News Alor
ingin menjadi “sekolah jurnalistik
terbuka” bagi siapa pun yang ingin belajar menulis tanpa batasan usia
atau latar belakang. Ia menyebut bahwa bulan depan pihaknya akan menggelar Pelatihan Menulis Feature dan Editing Berita,
dengan fokus pada praktik lapangan dan penyuntingan naskah.
“Kalau mau menulis berita yang bagus, jangan
hanya mengandalkan teori. Harus turun ke lapangan, mendengar langsung suara
masyarakat,” ujarnya.
Dampak dan Harapan: Dari Tulisan Menuju
Perubahan Nyata
Kegiatan ini diakhiri dengan pesan moral dari
Yusfira Abdurahman.
“Menulis berita adalah bagian dari
membangun peradaban. Kalau anak muda Alor bisa menulis dengan jujur, berarti
kita sedang menyiapkan pemimpin masa depan yang berpikir jernih dan bertindak
benar.”
Salah satu peserta, Igo Laikling, pelajar asal SMA Negeri 2 Kalabahi,
mengaku terinspirasi untuk menjadi jurnalis lokal.
“Ternyata menulis berita itu bukan soal bakat, tapi kemauan. Saya ingin terus
belajar menulis agar bisa menyuarakan kebaikan lewat tulisan,” ucapnya dengan
semangat.
Menurut pengamat komunikasi dari Alor
Institute, Dr. Yunus Lelang,
pelatihan seperti ini memiliki dampak sosial yang signifikan.
“Literasi jurnalistik lokal memperkuat daya kritis masyarakat. Ketika warga
tahu membedakan opini dan fakta, maka hoaks akan kehilangan panggungnya,”
jelasnya.
Langkah Ke Depan: Membangun Ekosistem Media
Lokal
Dream News
Alor menargetkan pelatihan literasi
jurnalistik di 10 sekolah menengah dan 5 madrasah pada akhir tahun
2025. Selain itu, akan dibentuk Forum
Penulis Muda Alor sebagai wadah berbagi karya, kritik, dan liputan
inspiratif antar pelajar.
“Kalau masyarakat tahu menulis dan membaca
berita dengan benar, daerah akan maju tanpa harus menunggu bantuan dari luar. Literasi adalah fondasi perubahan,”
tutup Yusfira.
Kegiatan berakhir dengan sesi foto bersama, penyerahan sertifikat pelatihan, dan komitmen kolaborasi media antara Dream News Alor, sekolah-sekolah, serta
komunitas Alor Creative Network.
Senyum para peserta menjadi bukti bahwa semangat literasi bukan hanya tentang
menulis — tapi tentang menghidupkan
kembali kesadaran lokal lewat kata-kata.
🔗 Tonton juga di YouTube: Workshop Jurnalistik Dream News Alor 2025 – “Menulis
Kebenaran, Merawat Kesadaran”
📖 Baca juga:
·
Banom NU Alor Tebar Kepedulian di Hari Santri 2025: Santri
Beraksi, Bukan Sekadar Berdoa
·
Fatayat NU Alor Bangun Gerakan Sosial Perempuan Pesisir
·
Literasi Digital di Alor: Dari Surau ke Ruang Siber

0 Reviews :
Posting Komentar