DREAMNEWS ALOR

KAMPANYE 16 HARI ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN (HAKTP) di Alor, Puncak Milad Muhammadiyah ke-113 dan Milad STKIP Muhammadiyah Kalabahi ke-11 Momentum Mengokohkan Dakwah Ilmu di Tanah Kenari, PC Pergunu Alor Sampaikan LPJ Keberangkatan 26 Mahasiswa Penerima Beasiswa PP Pergunu, Orang Tua Apresiasi Transparansi,

PENDIDIKAN KEPULAUAN TERPENCIL: POTRET SISWA, GURU, DAN SUMBER BELAJAR

Pendidikan Kepulauan Terpencil

Potret Siswa, Guru, dan Sumber Belajar



Oleh: Umar D. Keling, S.Pd
Guru MTsS Babul Rahmad Kangge

Dreamnewsalor.com — Pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia selalu punya kisah perjuangan yang khas. Di Pulau Kangge, Kecamatan Pantar Barat Laut, Kabupaten Alor, tantangan pendidikan tak hanya soal jarak dan medan, tapi juga terkait keterbatasan tenaga pendidik, rendahnya kesejahteraan guru, serta fasilitas belajar yang belum memadai.

Pulau Kangge yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, menjadi potret kecil dari realitas besar di wilayah 3T Indonesia. Berdasarkan laporan Yosada (2017), persoalan utama di wilayah ini meliputi:

  1. Minimnya tenaga pendidik dan kependidikan.

  2. Rendahnya kesejahteraan guru.

  3. Kurangnya sarana dan prasarana belajar.

  4. Ketimpangan pemerataan pendidikan.

  5. Budaya belajar masyarakat yang masih rendah.

๐Ÿ‘‰ BACA JUGA : Dream News Alor Gelar Rangkaian Kegiatan Menyongsong Sumpah Pemuda 2025 di Desa Alor Kecil

Permasalahan pendidikan di NTT bukan hal baru. Ginting (2016) menegaskan, ada empat faktor utama yang menghambat kemajuan pendidikan di provinsi ini:

  1. Infrastruktur pendidikan yang belum memadai.

  2. Kondisi geografis kepulauan yang menyulitkan mobilitas.

  3. Biaya pendidikan yang relatif mahal.

  4. Kualitas guru yang masih perlu ditingkatkan.

Dari hasil observasi lapangan di Pulau Kangge, terlihat bahwa akses menuju sekolah sering bergantung pada cuaca. Saat ombak tinggi, guru tidak bisa menyeberang. Beberapa guru bahkan hanya bisa hadir dua kali dalam seminggu. Meski demikian, semangat para siswa tetap tinggi.

“Kami tetap ke sekolah walau guru belum datang. Kadang belajar sendiri atau bantu adik-adik membaca,” ujar Maria L. Benu, siswi kelas VIII MTsS Babul Rahmad Kangge.

Fenomena menarik muncul dari temuan Campbell & Yates (2011) tentang metrocentricity, yaitu kecenderungan guru lebih memilih mengajar di kota. Hasil ini juga terasa di Alor. Dari 18 guru yang tercatat di wilayah Kangge dan sekitarnya, hanya 6 orang yang menetap penuh di pulau.

Menurut Umar D. Keling, salah satu guru senior di MTsS Babul Rahmad Kangge, persoalan ini bukan sekadar kemauan, tetapi juga sistem.

“Banyak guru sebenarnya mau mengajar di pulau, tapi fasilitasnya tidak mendukung. Rumah dinas rusak, jaringan listrik sering padam, sinyal internet lemah, dan transportasi sangat terbatas,” ungkap Umar.

Hasil wawancara dengan Nuraini, guru bidang studi matematika, menunjukkan bahwa motivasi siswa masih rendah, terutama untuk pelajaran eksakta.

“Kalau pelajaran berhitung, mereka cepat menyerah. Tapi kalau pelajaran yang bisa langsung praktik, seperti IPA atau keterampilan, mereka semangat,” jelasnya.

Penelitian Handre, Sullivan, & Crowson (2009) menunjukkan bahwa siswa di daerah terpencil sering kehilangan orientasi belajar — tidak tahu untuk apa sekolah, dan bagaimana pendidikan bisa mengubah hidup.

Namun di Alor, ada tanda positif. Beberapa sekolah mulai menggunakan modul digital sederhana hasil pelatihan kolaborasi antara Dream News Alor dan guru MTs lokal. Salah satunya bisa dilihat pada tautan berikut:
๐Ÿ“˜ 
Pelatihan Guru MTs Membuat Modul Ajar Digital dengan Canva & ChatGPT

Salah satu contoh nyata perjuangan datang dari Pak Marsel, guru honorer yang sudah 12 tahun mengajar di Pulau Kangge.

“Gaji saya hanya Rp400 ribu per bulan, tapi saya bertahan karena anak-anak di sini butuh guru. Kalau saya pergi, siapa yang ajar mereka?” tuturnya dengan nada tenang.

Menurut data Dinas Pendidikan Kabupaten Alor (2024), masih ada 48 sekolah di wilayah kepulauan yang mengalami kekurangan guru, terutama pada jenjang SMP dan MTs.

Kondisi geografis Alor yang terdiri dari 17 pulau berpenghuni menambah tantangan tersendiri. Untuk sampai ke Pulau Kangge dari Kalabahi, misalnya, guru harus menempuh perjalanan laut sekitar 3 jam menggunakan perahu motor. Ketika musim barat tiba, perjalanan bisa tertunda berhari-hari.

“Kadang saya harus tinggal di Kalabahi sampai cuaca tenang. Murid-murid sudah menunggu, tapi keselamatan juga penting,” kata Yohanes Nalle, guru IPA.

Kisah Yohanes ini menggambarkan betapa pendidikan di daerah kepulauan membutuhkan strategi kebijakan yang adaptif dan berkeadilan.

Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2012 terhadap 40.000 sekolah menunjukkan bahwa 75% sekolah di Indonesia belum memenuhi standar minimal pendidikan. Dari 460.000 guru yang diuji, rata-rata nilai kompetensinya hanya 44,5 dari standar minimal 70 (Baswedan, 2014).

Kini, satu dekade berlalu, Alor mulai menunjukkan perubahan. Pemerintah daerah menggandeng komunitas lokal seperti Dream News Alor, Komunitas Literasi Alor Timur, dan Forum Guru Kreatif NTT untuk memperkuat pembelajaran berbasis nilai dan literasi digital.

๐Ÿ‘‰ BACA JUGA: Dream News Alor Gelar Rangkaian Kegiatan Menyongsong Sumpah Pemuda 2025 di Desa Alor Kecil

๐Ÿ“น Video Rekomendasi: Pendidikan di Pulau-Pulau dan gunung-gunung NTT

๐Ÿ”— Tonton di Facebook: “Guru di Ujung Hulnani – Kisah Pengabdian di Alor

Pendidikan di kepulauan terpencil seperti Pulau Kangge bukan sekadar soal mengajar dan belajar. Ia adalah bentuk nyata dari perjuangan kemanusiaan — antara bertahan, memberi makna, dan menyalakan harapan.

“Selama masih ada anak-anak yang ingin belajar, kami akan tetap mengajar. Walau hanya dengan papan tulis yang mulai retak, dan kapur yang tinggal separuh,” tutup Umar D. Keling dengan senyum.

๐Ÿ“Œ Referensi

  • Yosada, M. (2017). Pendidikan di Daerah Terpencil NTT.

  • Ginting, R. (2016). Masalah Pemerataan Pendidikan di Nusa Tenggara Timur.

  • Campbell & Yates (2011). Metrocentricity and Teacher Placement.

  • Handre, Sullivan, & Crowson (2009). Motivation in Remote Learning Contexts.

  • Baswedan, A. (2014). Peta Kompetensi Guru Indonesia.


About PENDIDIKAN UNTUK NEGERI

The Dreamnews Alor Community is a community established on February 12, 2022, by six founders: Mukmin, Asmar, Bunda, Dhian, Tyadiana, and Hadat. Its main goal is to improve literacy and numeracy for children in remote areas of the country, especially in regions far from the city and with limited access to education. The community focuses on the fields of education, social issues, religion, politics, and other areas.

0 Reviews :