Iqro yang Ditunggu Dua Puluh Tahun Akhirnya Tiba di Dulolong, Terima Kasih Dreamnews Alor
Rombongan Dream News Alor melakukan kunjungan silaturahmi ke rumah sekaligus tempat belajar para santri di pesisir Dulolong. Di sinilah kisah haru tentang penantian dua puluh tahun itu bermula.
LPQ Al-Usra berdiri sejak tahun 2006, diteruskan oleh Ustadz Aswad Palae, putra dari seorang guru ngaji kampung yang telah wafat. Sejak awal, tempat itu berdiri tanpa bangunan permanen hanya beralaskan tikar pandan dan beratap seng seadanya. Namun di ruang sederhana itulah, ratusan anak-anak belajar mengenal huruf hijaiyah dan membaca Al-Qur’an.
“Sampai hari ini kami belum pernah dapat bantuan iqro dan Al-Qur’an dari mana pun. Saya sangat berterima kasih kepada Dreamnews Alor,” ujar Ustadz Aswad Palae, dengan nada lega dan mata yang berkaca-kaca.
Santri-santrinya duduk berbaris rapi. Beberapa dari mereka masih menggunakan iqro lama yang sudah robek di tepiannya, bahkan ada yang harus disambung dengan selotip bening. Begitu tumpukan iqro baru dibuka dari kardus, mereka bersorak kecil—suara yang seolah menandai babak baru bagi tempat belajar sederhana itu.
Baca juga: Dream News Alor Serahkan Al-Qur’an dan Tanam Pohon di MIS Syahbullah Wahing
Perwakilan Dreamnews Alor menjelaskan bahwa bantuan tersebut berasal dari dua sumber utama.
“Iqro ini datang dari Muhammad Farhan, pegawai BMKG Maluku Utara yang berasal dari Alor. Sedangkan Al-Qur’an berasal dari Kemenag Provinsi NTT,” jelas salah satu anggota Dreamnews di hadapan para santri dan orang tua yang hadir.
Ucapan itu menambah haru suasana. Sebagian santri spontan memeluk iqro barunya. Bagi mereka, buku itu bukan sekadar alat belajar, melainkan simbol harapan baru.
Menurut data Kementerian Agama Kabupaten Alor (2024), di wilayah pesisir seperti Dulolong, lebih dari 40 persen lembaga pendidikan Al-Qur’an (LPQ) masih kekurangan bahan ajar dasar, termasuk iqro dan mushaf.
“Kami sering dengar ada bantuan, tapi sampai di sini jarang sekali. Mungkin karena daerah kami agak jauh,” tambah Ustadz Aswad, sambil memandang ke arah laut yang memantulkan cahaya senja.
Desa Dulolong dikenal sebagai salah satu perkampungan nelayan tua di Alor. Terletak di pesisir barat daya pulau, desa ini memiliki populasi sekitar 2.300 jiwa dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani rumput laut.
Meski sederhana, masyarakat Dulolong sangat religius. Hampir setiap sore, suara anak-anak mengaji terdengar dari berbagai penjuru kampung, berpadu dengan bunyi ombak kecil yang menepi di dermaga.
LPQ Al-Usra menjadi pusat pendidikan agama yang paling aktif di desa itu. Setiap hari, sekitar pukul 13.00 hingga 17.00 WITA, 32 santri berkumpul untuk mengaji. Tak jarang mereka datang tanpa alas kaki, membawa iqro lusuh yang diwariskan dari kakak atau sepupu mereka.
“Saya belajar dari iqro yang dulu dipakai kakak. Sudah sobek, tapi tetap bisa baca,” kata Laila, santri kelas 4 SD yang terlihat gembira saat menerima buku barunya.
Saat ditemui, Ustadz Aswad Palae mengenang asal mula berdirinya LPQ tersebut.
“Tempat ini sebenarnya warisan dari ayah saya. Dulu beliau guru ngaji di kampung, tapi setelah meninggal tahun 2006, saya lanjutkan dengan cara seadanya,” kisahnya.
Nama Al-Usra bukan sekadar nama lembaga, melainkan doa.
“Al-Usra artinya keluarga. Saya ingin tempat ini jadi rumah bagi anak-anak untuk belajar mengaji dan belajar hidup baik,” tambahnya.
Selama hampir dua dekade, LPQ Al-Usra telah melahirkan generasi yang kini menjadi guru, pedagang, dan nelayan yang berakhlak. Namun perjuangan tetap berat.
“Sempat ada bantuan dari Jawa dulu, tapi karena ongkir mahal, jadi tidak bisa diteruskan. Banyak murid sempat berhenti karena iqro rusak,” jelasnya pelan.
Bagi Dreamnews Alor, kegiatan ini bukan sekadar penyaluran bantuan, tapi bagian dari gerakan literasi spiritual dan sosial yang sudah dilakukan sejak awal 2025. Komunitas ini telah berkeliling ke berbagai desa di Alor membawa program bertema pendidikan, literasi baca-tulis, dan pelestarian lingkungan.
“Kami datang untuk mendengar langsung kebutuhan di tempat ini. Semoga dukungan kecil yang diberikan bisa jadi langkah awal untuk kepedulian yang lebih besar,” ujar Bunda Yusfira Abdurahman, Ketua Umum Dreamnews Alor, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
Program bantuan iqro dan Al-Qur’an di Dulolong merupakan kelanjutan dari misi Dreamnews sebelumnya, yakni “Safari Buku dan Literasi Pesantren”, yang menyasar daerah-daerah terpencil di Kabupaten Alor.
Baca juga: Dream News Alor Gelar Kemping Pasca Sumpah Pemuda di Alor Kecil
Usai penyerahan, santri-santri langsung duduk di lantai, membuka halaman pertama, dan mulai membaca bersama. Suara mereka menggema, melafalkan huruf-huruf hijaiyah dengan semangat yang jarang ditemui di kelas formal.
Salah satu santri, Muhtar (10), mengatakan bahwa ia baru pertama kali memiliki iqro sendiri.
“Saya senang. Dulu saya baca pinjam, sekarang punya sendiri,” ujarnya polos.
Para orang tua yang hadir pun tak kalah bahagia. Ibu Rahma, salah satu warga yang ikut menyiapkan tempat, menyampaikan rasa syukur mendalam.
“Anak-anak kami akhirnya dapat perhatian juga. Semoga Dreamnews Alor tetap ada untuk bantu kampung lain,” katanya sambil menatap anak-anaknya yang belajar.
Dalam konteks sosial pendidikan, bantuan sederhana seperti iqro dan Al-Qur’an sering kali membawa dampak yang jauh lebih besar dibandingkan nilai materialnya. Di wilayah seperti Alor, keterbatasan akses buku keagamaan berbanding terbalik dengan semangat belajar masyarakatnya.
Menurut analisis Dreamnews Research Desk, kebutuhan iqro dan Al-Qur’an di Kabupaten Alor mencapai lebih dari 12.000 eksemplar per tahun, sedangkan distribusi efektif dari pemerintah baru mencakup sekitar 35% wilayah daratan.
Kondisi ini membuat gerakan sosial berbasis komunitas seperti Dreamnews Alor menjadi sangat relevan. Mereka menjembatani kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan di lapangan dengan cara yang sederhana, langsung, dan manusiawi.
Matahari mulai tenggelam di ufuk barat ketika kegiatan di LPQ Al-Usra berakhir. Di tengah cahaya senja, tampak anak-anak membawa iqro baru mereka pulang, menggenggamnya erat seperti harta berharga.
“Alhamdulillah, akhirnya ada yang datang dan peduli. Anak-anak bisa belajar lebih semangat,” ujar Ustadz Aswad, dengan nada penuh syukur.
Bagi Dreamnews Alor, langkah kecil ini adalah bagian dari perjalanan panjang menuju Alor yang melek literasi, berdaya, dan beriman. Mereka percaya, perubahan besar selalu dimulai dari tangan-tangan kecil yang mau belajar dan berbagi.
Penulis : Redaksi Dream News Alor
.png)
0 Reviews :
Posting Komentar