DREAMNEWS ALOR

KITA BOLEH BERHASIL DI SEGALA LINI MANAPUN TETAPI KALAU TIDAK SHOLAT, KALAU TIDAK IBADAH APA GUNA NYA ?? APA LAH GUNAN NYA !!

Kekuasaan di Hijaz #Bagian 7 #Sirah Nabawiyah

 



Kekuasaan di Hijaz sebelum adanya Islam merupakan gambaran tentang struktur politik dan sosial yang berakar pada sistem kesukuan yang kuat. Wilayah Hijaz, yang mencakup kota-kota utama seperti Makkah, Madinah (sebelumnya Yathrib), dan Thaif, memiliki karakteristik pemerintahan yang unik dibandingkan dengan daerah Arab lainnya. Tidak seperti kerajaan-kerajaan besar di Yaman, Hira, dan Syam, yang memiliki raja-raja dan struktur pemerintahan monarki, Hijaz lebih didominasi oleh kekuasaan suku dan kabilah.

Secara geografis, Hijaz terletak di jalur perdagangan penting antara Yaman di selatan dan Syam di utara. Letak strategis ini menjadikan wilayah tersebut sebagai pusat ekonomi dan sosial yang cukup berpengaruh. Karena kondisi geografisnya yang didominasi oleh gurun dan pegunungan, Hijaz tidak berkembang menjadi kerajaan besar seperti Yaman atau Persia. Sebaliknya, pemerintahan di Hijaz berpusat pada sistem kesukuan yang mengandalkan pemimpin kabilah sebagai otoritas utama.

Di antara suku-suku yang memiliki pengaruh besar di Hijaz, suku Quraisy di Makkah adalah yang paling dominan sebelum Islam. Quraisy selain menguasai perdagangan di kota suci tersebut suku itu juga bertanggungjawab atas pemeliharaan Ka’bah, tempat suci yang dihormati oleh berbagai suku di Jazirah Arab. Kepemimpinan di Makkah tidak dipegang oleh seorang raja, melainkan oleh pemuka-pemuka suku yang membentuk semacam dewan yang disebut Darun Nadwah. Dewan itu berfungsi untuk mengambil keputusan penting terkait perdagangan, keamanan, dan hubungan dengan suku-suku lain.

Selain Makkah, Madinah (Yathrib) memiliki struktur sosial dan politik yang lebih kompleks. Kota itu dihuni oleh dua suku Arab utama, yakni Aus dan Khazraj, serta beberapa komunitas Yahudi yang telah lama menetap di sana. Sebelum Islam, Yathrib sering dilanda konflik antar suku, terutama antara Aus dan Khazraj, yang bersaing untuk mendapatkan supremasi di kota tersebut. Tidak adanya pemimpin tunggal yang kuat menyebabkan kondisi politik Yathrib sangat tidak stabil, sering kali diwarnai oleh perang saudara dan persekutuan yang silih berganti.

Thaif, kota lain yang cukup berpengaruh di Hijaz, dikenal sebagai pusat pertanian dan perdagangan. Kota itu dikuasai oleh suku Tsaqif, yang berhasil mempertahankan kemandirian mereka dari pengaruh Quraisy dan kerajaan-kerajaan besar lainnya. Keberhasilan Thaif dalam mempertahankan otonominya sebagian besar disebabkan oleh letak geografisnya yang strategis dan ekonominya yang kuat.

Kondisi politik di Hijaz sebelum Islam dapat digambarkan sebagai sistem yang terfragmentasi, tanpa pemerintahan sentral yang kuat. Masing-masing suku memiliki otonomi sendiri dan sering kali terlibat dalam persaingan serta peperangan antar suku. Tidak ada satu otoritas pun yang mampu menyatukan seluruh wilayah Hijaz secara politik. Meskipun tidak memiliki pemerintahan terpusat, kota-kota di Hijaz tetap memiliki pengaruh yang besar dalam aspek perdagangan, agama, dan budaya di Jazirah Arab.

Salah satu faktor penting yang memengaruhi stabilitas politik di Hijaz adalah hubungan dengan kerajaan-kerajaan besar di sekitarnya, seperti Bizantium, Persia, dan Kerajaan Himyar di Yaman. Meskipun tidak berada di bawah kendali langsung kerajaan-kerajaan tersebut, Hijaz sering kali menjadi medan pertempuran kepentingan antara kekuatan-kekuatan besar tersebut. Quraisy, misalnya, menjalin hubungan dagang dengan Bizantium dan Persia, serta berperan sebagai perantara dalam perdagangan antara Yaman dan Syam.

Secara sosial, masyarakat Hijaz sebelum Islam masih menganut sistem jahiliyah, di mana praktik-praktik seperti kesukuan yang fanatik, perang antar kabilah, perbudakan, serta ketidakadilan sosial menjadi hal yang umum. Tetapi meskipun sistem sosialnya masih terbelakang dalam beberapa aspek, Hijaz memiliki tradisi yang kuat dalam bidang sastra, terutama syair dan puisi, yang menjadi media utama untuk mengungkapkan identitas dan kebanggaan suku.

 

About PENDIDIKAN UNTUK NEGERI

The Dreamnews Alor Community is a community established on February 12, 2022, by six founders: Mukmin, Asmar, Bunda, Dhian, Tyadiana, and Hadat. Its main goal is to improve literacy and numeracy for children in remote areas of the country, especially in regions far from the city and with limited access to education. The community focuses on the fields of education, social issues, religion, politics, and other areas.

0 Reviews :