![]() |
Sebelum datangnya Islam, masyarakat Arab hidup dalam kondisi sosial yang
sangat beragam, yang kemudian dikenal sebagai periode Jahiliyah. Istilah
"Jahiliyah" menggambarkan kebiasaan sosial yang didominasi oleh
ketidakadilan, kekerasan, dan moralitas yang merosot. Masyarakat Arab pada masa
itu terbagi dalam berbagai suku yang memiliki adat dan budaya tersendiri. Ada
beberapa karakteristik umum yang menggambarkan kondisi sosial mereka secara
keseluruhan
Masyarakat Arab Jahiliyah terorganisir dalam sistem kesukuan yang sangat
kuat. Setiap individu berafiliasi dengan suku tertentu, yang memberikan identitas
dan perlindungan. Loyalitas terhadap suku menjadi hal yang paling utama dalam
kehidupan sosial, bahkan lebih penting daripada keadilan atau kebenaran. Jika
seorang anggota suku diserang atau dihina, seluruh suku akan merasa wajib untuk
membalasnya. Hal itu menyebabkan sering terjadinya peperangan antar suku yang
berlangsung selama bertahun-tahun hanya karena persoalan sepele
Kondisi perempuan pada masa Jahiliyah sangat memprihatinkan. Mereka tidak
memiliki hak-hak sosial maupun hukum yang jelas. Perempuan sering dianggap
sebagai bagian dari harta yang bisa diwariskan, bahkan sering diperlakukan
sebagai barang dagangan. Salah satu kebiasaan kejam yang dilakukan oleh
sebagian suku Arab adalah mengubur bayi perempuan hidup-hidup karena mereka
dianggap sebagai aib bagi keluarga. Pernikahan pun tidak memiliki batasan yang
jelas, dengan praktik seperti poliandri (seorang wanita memiliki lebih dari
satu suami) dan pernikahan tanpa ikatan yang sah.
Ekonomi masyarakat Jahiliyah sangat bergantung pada perdagangan, terutama di
kota-kota seperti Mekah dan Yatsrib. Mekah, sebagai pusat perdagangan utama,
menjadi tempat bertemunya para pedagang dari berbagai wilayah, termasuk Persia,
Romawi, dan India. Dalam sistem ekonomipun terdapat ketimpangan sosial yang
besar. Para pedagang kaya menguasai pasar dan menindas masyarakat kelas bawah,
termasuk budak dan orang-orang miskin. Praktik riba (bunga pinjaman yang
tinggi) merajalela, menyebabkan banyak orang jatuh dalam kemiskinan yang
ekstrem.
Masyarakat Jahiliyah dikenal dengan kehidupan moral yang merosot. Meskipun
terdapat beberapa suku yang masih memegang nilai-nilai kehormatan, secara umum
kehidupan mereka dipenuhi dengan kebiasaan buruk seperti mabuk-mabukan,
perjudian, dan perzinahan. Penyembahan berhala menjadi kepercayaan utama,
dengan banyak suku yang memiliki dewa-dewa mereka sendiri yang disembah melalui
berbagai ritual yang kadang kala melibatkan pengorbanan manusia dan hewan.
Kehidupan seni dan sastra berkembang, terutama dalam bentuk syair dan puisi
yang sering kali menggambarkan kebanggaan suku, kisah peperangan, dan
kecantikan wanita.
Perbudakan merupakan bagian integral dari masyarakat Arab sebelum Islam.
Para budak biasanya berasal dari tawanan perang atau orang-orang yang tidak
mampu membayar utang mereka. Mereka diperlakukan dengan kejam dan tidak
memiliki hak atas diri mereka sendiri. Budak bisa dijual, disiksa, atau bahkan
dibunuh tanpa konsekuensi hukum yang jelas. Status sosial seseorang sangat
bergantung pada apakah mereka orang merdeka atau budak.
Tidak ada sistem hukum yang terstruktur pada masa Jahiliyah. Hukum lebih
banyak didasarkan pada tradisi suku dan keputusan kepala suku. Oleh karena itu,
keadilan sering kali bersifat subjektif dan berpihak pada mereka yang lebih
kuat atau berpengaruh. Orang kaya dan pemimpin suku sering kali terbebas dari
hukuman meskipun mereka melakukan kejahatan berat, sedangkan orang miskin dan
budak selalu menjadi korban ketidakadilan.
Mayoritas masyarakat Arab sebelum Islam menganut kepercayaan animisme dan
penyembahan berhala. Mereka percaya bahwa dewa-dewa dan roh-roh tertentu
memiliki kekuatan untuk memberikan keberuntungan atau malapetaka. Ka’bah di
Mekah menjadi pusat ibadah dengan ratusan berhala yang disembah oleh berbagai
suku. Selain itu, ada juga orang-orang yang menganut agama Yahudi dan Nasrani,
terutama di wilayah Yaman dan Syam, tetapi mereka merupakan minoritas di antara
kaum penyembah berhala.
0 Reviews :
Posting Komentar