DREAMNEWS ALOR

KITA BOLEH BERHASIL DI SEGALA LINI MANAPUN TETAPI KALAU TIDAK SHOLAT, KALAU TIDAK IBADAH APA GUNA NYA ?? APA LAH GUNAN NYA !!

Kondisi Moral Masyarakat Arab Jahiliyah #Bagian 13#Sirah Nabawiyah


Masyarakat Arab sebelum datangnya Islam sering disebut sebagai masyarakat Jahiliyah, sebuah istilah yang merujuk pada ketidaktahuan dalam hal ilmu pengetahuan bahkan kondisi moral dan sosial yang sudah sangat  jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Istilah "Jahiliyah" sendiri memiliki makna lebih luas, mencerminkan sebuah masyarakat yang dipenuhi dengan kebiasaan yang tidak berlandaskan pada nilai-nilai moral yang baik, seperti kesewenang-wenangan, penindasan terhadap yang lemah, dan merajalelanya tindakan yang bertentangan dengan keadilan serta kemanusiaan.

Salah satu aspek yang mencerminkan kondisi moral masyarakat Arab Jahiliyah adalah sistem kepercayaan yang mereka anut. Mayoritas penduduk Jazirah Arab saat itu menyembah berhala, dengan setiap suku memiliki sesembahan sendiri. Penyembahan merupakan tradisi dan menjadi bagian dari tatanan sosial yang memperkuat kesenjangan antar-kelompok. Praktik penyembahan berhala sering kali disertai dengan ritual-ritual yang bertentangan dengan norma moral, seperti persembahan manusia dalam bentuk pengorbanan dan praktik-praktik perdukunan yang menyesatkan.

Selain itu, spiritualitas masyarakat Arab pada masa itu lebih didominasi oleh takhayul dan keyakinan yang tidak berdasarkan pada ajaran ketuhanan yang murni. Kepercayaan dan tunduk kepada jin dan roh-roh menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, yang kemudian digunakan sebagai alat untuk menakut-nakuti masyarakat dan memanipulasi mereka demi kepentingan golongan tertentu.

Salah satu aspek yang paling memprihatinkan dalam kondisi moral masyarakat Jahiliyah adalah perlakuan terhadap perempuan. Perempuan pada masa itu tidak memiliki hak yang setara dengan laki-laki. Mereka diperlakukan seperti barang dagangan yang dapat diwariskan, dijual, atau bahkan dibunuh jika dianggap membawa aib bagi keluarga. Tradisi mengubur bayi perempuan hidup-hidup merupakan salah satu praktik yang menunjukkan betapa rendahnya posisi perempuan dalam masyarakat saat itu.

Perempuan juga tidak memiliki hak dalam warisan keluarga dan tidak diperhitungkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan mereka sendiri. Mereka sering kali dinikahkan tanpa mempertimbangkan pendapat mereka, dan dalam beberapa kasus, bahkan mengalami perlakuan yang lebih buruk sebagai istri dari banyak laki-laki dalam satu rumah tangga.

Masyarakat Arab Jahiliyah juga dikenal dengan budaya kekerasan dan peperangan yang tiada henti. Setiap suku memiliki rasa kebanggaan yang tinggi terhadap kelompok mereka sendiri, yang sering kali berujung pada konflik dengan suku lainnya. Perang dan perselisihan antar-suku bisa berlangsung puluhan tahun hanya karena masalah sepele, seperti perebutan sumber air atau hewan ternak.

Tidak adanya aturan moral yang kuat dalam mengatur hubungan antarsuku membuat kekerasan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Seseorang yang membunuh anggota suku lain dapat menimbulkan perang berkepanjangan sebagai bentuk balas dendam. Ketiadaan hukum yang jelas dalam menyelesaikan sengketa membuat kehidupan masyarakat diliputi oleh ketakutan dan dendam yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Minuman keras adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Jahiliyah. Minuman beralkohol dikonsumsi secara bebas dalam berbagai perayaan dan pertemuan. Konsumsi alkohol sering kali menyebabkan tindakan-tindakan amoral seperti perkelahian, pencurian, dan bahkan pembunuhan tanpa alasan yang jelas. Mabuk menjadi kebiasaan yang mengakar dalam kehidupan masyarakat, dan dianggap sebagai simbol status serta kejantanan bagi laki-laki.

Selain itu, praktik prostitusi juga menjadi hal yang lumrah di kalangan masyarakat Jahiliyah. Tidak adanya norma yang membatasi perilaku seksual menyebabkan banyaknya hubungan di luar nikah yang tidak diatur oleh aturan moral yang jelas. Akibatnya, anak-anak yang lahir di luar pernikahan sering kali menjadi korban dan tidak diakui oleh masyarakat.

Masyarakat Arab Jahiliyah juga diwarnai oleh ketimpangan sosial yang sangat mencolok. Mereka yang berasal dari suku-suku terpandang memiliki kekuasaan besar dan sering memperlakukan mereka yang berasal dari kelas bawah atau suku yang lebih lemah dengan sewenang-wenang. Perbudakan menjadi hal yang biasa, di mana seseorang bisa diperjualbelikan dan diperlakukan layaknya barang.

Para budak tidak memiliki hak apapun dan sering kali mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari tuan mereka. Mereka dijadikan pekerja kasar tanpa upah, dianiaya, dan bahkan dibunuh tanpa konsekuensi hukum. Budaya perbudakan semakin memperburuk kondisi moral masyarakat Jahiliyah, karena memperkuat kesenjangan sosial dan menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Hukum pada masa Jahiliyah lebih banyak ditentukan oleh kekuasaan dan pengaruh seseorang daripada oleh keadilan. Mereka yang berasal dari suku atau keluarga kaya sering kali terbebas dari hukuman, sementara orang miskin dan kaum lemah selalu menjadi korban ketidakadilan. Tidak adanya hukum yang berlandaskan pada prinsip moral yang kuat menyebabkan penindasan dan ketidakadilan terjadi secara terus-menerus.

Banyak keputusan hukum dibuat berdasarkan kepentingan individu atau kelompok tertentu, tanpa mempertimbangkan prinsip keadilan. Hukum rimba menjadi pedoman utama, di mana yang kuat akan selalu menang dan yang lemah harus menerima nasib tanpa ada ruang untuk keadilan.

Secara keseluruhan, kondisi moral masyarakat Arab Jahiliyah sebelum datangnya Islam sangatlah jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang baik. Masyarakat hidup dalam kekacauan moral, dengan norma-norma yang lebih banyak diatur oleh kepentingan pribadi dan kekuasaan daripada oleh prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan. Praktik-praktik seperti penyembahan berhala, perbudakan, penindasan terhadap perempuan, peperangan tanpa akhir, konsumsi alkohol berlebihan, dan ketidakadilan dalam hukum menjadi gambaran utama kehidupan saat itu.

 

 

 

About PENDIDIKAN UNTUK NEGERI

The Dreamnews Alor Community is a community established on February 12, 2022, by six founders: Mukmin, Asmar, Bunda, Dhian, Tyadiana, and Hadat. Its main goal is to improve literacy and numeracy for children in remote areas of the country, especially in regions far from the city and with limited access to education. The community focuses on the fields of education, social issues, religion, politics, and other areas.

0 Reviews :