Koalisi KOPI Maluagaliau dan Dreamnews Alor: Gerakan Kolektif Anak Muda untuk Menjaga Bumi Alor
Kegiatan berlangsung di Taman Kota Kalabahi, area yang kerap menjadi ruang terbuka bagi komunitas muda untuk berdiskusi. Cuaca sore yang teduh ikut menambah suasana akrab di antara peserta yang hadir. No Ayu, Ketua Koalisi KOPI, memimpin jalannya pertemuan dengan semangat khasnya: hangat, lugas, dan penuh optimisme.
“Kita sering bicara soal perubahan iklim, tapi yang jarang kita lakukan adalah bertemu dan bertindak bersama. Pertemuan ini jadi langkah awal supaya keresahan anak muda tidak berhenti di media sosial, tapi tumbuh jadi aksi nyata,” ujar No Ayu kepada Dreamnews Alor.
Diskusi berkembang dari berbagai isu aktual: krisis iklim, penumpukan sampah di kawasan pesisir, minimnya pendidikan lingkungan di sekolah, hingga kurangnya ruang kolaboratif antar komunitas lokal.
Aldo Marang, perwakilan dari PFON (Pendataan Sampah), menuturkan bahwa banyak anak muda di Alor sebenarnya ingin terlibat dalam aksi lingkungan, hanya saja belum ada wadah yang mampu menyatukan gerakan mereka.
“Kami punya data bahwa di beberapa titik pesisir, seperti Mutiara, Dulolong, dan Alor Kecil, volume sampah plastik meningkat 18% dibanding tahun sebelumnya. Ini bukan sekadar data, ini peringatan. Kalau kita tidak bergerak, maka 10 tahun lagi laut Alor akan jadi korban diam-diam,” ungkapnya.
Dari sisi pendidikan, Balenta menyoroti pentingnya edukasi sejak dini. Mereka menilai anak-anak SMP dan SMA di Alor perlu diberikan pemahaman tentang perubahan iklim dan tanggung jawab sosial melalui kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Dreamnews Alor yang hadir dalam kegiatan tersebut juga menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan ruang pemberitaan positif dan inspiratif bagi komunitas muda.
Mukmin Amsidi, M.Pd., selaku perwakilan Dreamnews Alor, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya dokumentasi gerakan sosial agar tidak hanya berhenti sebagai kegiatan, melainkan menjadi jejak pengetahuan bagi generasi berikutnya.
“Setiap aksi lingkungan, sekecil apa pun, harus direkam dan dipublikasikan. Karena dari cerita kecil, bisa lahir gerakan besar,” tuturnya.
(Baca juga: Pemuda Alor, Pilar Perubahan Berlandaskan Pancasila – Diskusi Dreamnews Alor bersama RRI
No Ayu kemudian menambahkan bahwa pertemuan kali ini bukan hanya untuk berdiskusi, melainkan membangun sistem kerja bersama lintas komunitas. Ia mengumumkan rencana “Aksi Iklim Bersama Alor 2026”, yakni kampanye satu tahun penuh yang akan fokus pada:
-
Edukasi lingkungan di sekolah.
-
Pelatihan daur ulang berbasis rumah tangga.
-
Program Clean-Up Day di lima kecamatan pesisir.
-
Kolaborasi dokumenter video bertema “Alor Hijau, Alor Lestari.”
Kabupaten Alor, dengan luas sekitar 2.864 km² dan terdiri dari 17 pulau besar dan kecil, menghadapi tantangan lingkungan yang cukup kompleks. Berdasarkan data dari DLHK Alor (2024), jumlah timbunan sampah harian mencapai 56 ton, dengan sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga dan kegiatan pasar.
Kondisi geografis yang sebagian besar pesisir membuat sampah mudah teralir ke laut. Ditambah lagi, minimnya fasilitas pengolahan sampah di beberapa kecamatan seperti Kabola dan Pulau Pantar menjadi masalah berulang setiap tahun.
Krisis iklim global juga mulai dirasakan, dengan suhu rata-rata yang naik sekitar 1,3°C dalam dua dekade terakhir. Fenomena ini berdampak pada perubahan pola musim, meningkatnya potensi banjir rob, dan ancaman terhadap sektor perikanan lokal.
Dalam sesi terbuka, Febi Taramana dari Forum Anak Alor menegaskan bahwa anak muda tidak bisa lagi menjadi penonton.
“Kami tidak ingin hanya menonton berita tentang bumi rusak. Kami ingin jadi bagian dari cerita perubahan. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?” ucapnya lantang disambut tepuk tangan peserta.
Dreamnews Alor menilai, semangat seperti yang diutarakan Febi adalah modal utama dalam membangun eco-culture di kalangan muda. Media lokal pun punya tanggung jawab besar dalam menjaga kontinuitas narasi positif semacam ini.
Gerakan seperti Koalisi KOPI Maluagaliau adalah cerminan eco-activism khas daerah: sederhana tapi berakar kuat. Di tengah hiruk-pikuk global, anak muda Alor justru menghadirkan gerakan yang membumi.
Mereka tidak menunggu proyek besar, mereka mulai dari lingkungannya sendiri — taman kota, sekolah, pantai, bahkan rumah. Jika setiap kabupaten di Indonesia memiliki semangat kolektif serupa, maka isu perubahan iklim bukan hanya soal global warming, tetapi soal gotong royong.
🎥 Lihat Juga:
Pertemuan Koalisi KOPI Maluagaliau menandai babak baru gerakan anak muda Alor. Gerakan yang tidak hanya menanam pohon, tetapi juga menanam kesadaran.
Karena di tangan anak muda Alor, bumi bukan sekadar tempat tinggal — tapi warisan yang harus dijaga.
(RED – Dreamnews Alor)
.png)
0 Reviews :
Posting Komentar