DREAMNEWS ALOR

Banom NU Alor Gelar Santunan Sosial di Momen Hari Santri Nasional 2025

Kisah Nabi Muhammad ﷺ Bersama Sang Rahib Buhaira #Bagian 19

 



Sejarah kehidupan Nabi Muhammad ﷺ sebelum masa kenabiannya penuh dengan tanda-tanda yang mengisyaratkan kedudukan agung yang kelak beliau emban. Salah satu kisah yang sangat masyhur adalah perjumpaan beliau dengan seorang rahib bernama Buhaira. Kisah ini terjadi ketika beliau masih berusia muda, jauh sebelum turunnya wahyu.

Perjalanan Dagang ke Syam

Pada masa remajanya, Nabi Muhammad ﷺ dikenal sebagai pemuda yang terpercaya. Sejak kecil, beliau sudah terbiasa menggembala kambing, dan ketika remaja, beliau sering ikut serta dalam perjalanan dagang. Keluarga Quraisy memang dikenal sebagai pedagang, karena Mekah terletak di jalur perdagangan besar yang menghubungkan Yaman, Syam, dan negeri-negeri sekitarnya.

Dalam sebuah perjalanan dagang menuju Syam, Nabi Muhammad ﷺ yang saat itu masih muda, ikut serta bersama rombongan Quraisy. Beliau berada di bawah pengawasan pamannya, Abu Thalib, yang sejak kecil mengasuhnya setelah wafat ayah dan kakeknya. Rombongan itu berangkat dengan kafilah unta, melintasi padang pasir yang luas, dengan barang dagangan yang hendak ditukar di negeri Syam.

Perjumpaan dengan Rahib Buhaira

Ketika rombongan Quraisy sampai di dekat sebuah kota kecil di wilayah Busra, Syam, ada sebuah biara tempat seorang rahib tua bernama Buhaira tinggal. Rahib itu dikenal sebagai seorang ahli kitab yang menguasai Taurat dan Injil, serta mewarisi pengetahuan dari para pendahulunya.

Biasanya, para pedagang Quraisy sering melewati daerah itu tanpa pernah diperhatikan oleh sang rahib. Namun kali itu berbeda. Dari kejauhan, Buhaira melihat sesuatu yang tidak biasa. Ia menyaksikan awan seolah menaungi seorang pemuda dari rombongan tersebut. Ketika mereka berhenti, sebuah pohon rindang menjadi tempat istirahat, dan Buhaira melihat cabang-cabang pohon itu merunduk seolah memberi naungan kepada pemuda itu.

Hatinya bergetar. Ia tahu bahwa tanda-tanda itu bukanlah kebetulan. Segera ia mengundang seluruh rombongan Quraisy ke biaranya untuk makan bersama. Padahal sebelumnya, ia tidak pernah mengundang para pedagang itu. Ada satu hal yang ia perhatikan: pemuda yang ia lihat istimewa tadi tidak ikut masuk. Ia dibiarkan menjaga barang dagangan di luar.

Buhaira tidak tenang, lalu ia berkata:

“Adakah masih ada yang belum hadir di antara kalian?” Mereka menjawab, “Ada seorang anak muda yang kami tinggalkan untuk menjaga barang dagangan.”

Rahib itu mendesak agar anak muda itu ikut serta. Maka dipanggillah Nabi Muhammad ﷺ, dan ketika beliau masuk, pandangan Buhaira langsung tertuju kepada beliau.

Tanda Kenabian

Saat perjamuan berlangsung, Buhaira terus memperhatikan Nabi Muhammad ﷺ. Ada sesuatu yang membuatnya yakin, bahwa inilah sosok yang disebut-sebut dalam kitab suci sebagai nabi terakhir. Ia melihat kelembutan wajah, ketenangan, dan akhlak yang terpancar dari diri Nabi Muhammad ﷺ.

Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Thalib dan bertanya, “Siapa pemuda ini?”
Abu Thalib menjawab, “Dia anakku.”
Buhaira berkata, “Dia bukan anakmu, karena ayahnya tidak mungkin masih hidup. Siapa sebenarnya dia?”
Abu Thalib pun menjelaskan, “Dia adalah keponakanku, anak dari saudaraku Abdullah yang telah meninggal dunia.”

Mendengar itu, air muka Buhaira berubah. Ia lalu meminta izin untuk memeriksa tanda kenabian pada tubuh Muhammad ﷺ. Dengan penuh hormat, ia melihat tanda di punggung beliau, yang disebut sebagai khatamun nubuwwah (meterai kenabian). Saat melihatnya, keyakinannya semakin kuat.

Buhaira kemudian berbisik kepada Abu Thalib:

“Jagalah anak ini baik-baik. Demi Allah, kelak dia akan menjadi nabi terakhir. Aku melihat tanda-tanda itu ada padanya. Bawalah dia segera kembali ke Mekah, jangan engkau bawa ke negeri Syam. Jika orang-orang Romawi atau Yahudi di negeri ini mengetahui siapa dia sebenarnya, mereka akan berbuat jahat kepadanya, karena mereka tahu tanda-tanda kenabian sebagaimana aku mengetahuinya.”

Kekhawatiran dan Pesan Rahib

Kekhawatiran Buhaira bukan tanpa alasan. Ia tahu bahwa banyak ahli kitab di Syam memahami nubuwwat, dan mereka bisa saja mencelakai Nabi Muhammad ﷺ bila menyadari bahwa dialah yang disebut dalam kitab-kitab mereka. Karena itu, ia benar-benar memperingatkan Abu Thalib agar berhati-hati.

Abu Thalib, yang sangat mencintai keponakannya, mendengarkan nasihat itu dengan serius. Maka diputuskanlah agar Nabi Muhammad ﷺ tidak melanjutkan perjalanan sampai jauh ke dalam negeri Syam. Sebagai gantinya, beliau dikembalikan ke Mekah untuk melindunginya dari bahaya.

Makna Besar dari Kisah Buhaira

Perjumpaan dengan rahib Buhaira itu bukan peristiwa kecil. Ia menjadi salah satu tanda awal bahwa risalah kenabian Nabi Muhammad ﷺ telah diisyaratkan jauh sebelumnya, bahkan oleh ahli kitab. Kisah ini menegaskan bahwa berita tentang kedatangan nabi terakhir sudah tercatat dalam Taurat dan Injil, dan sebagian orang yang jujur, seperti Buhaira, mampu mengenalinya.

Kisah ini juga menunjukkan betapa Allah menjaga Nabi-Nya sejak kecil. Dengan perantaraan seorang rahib Nasrani, Allah melindungi Nabi Muhammad ﷺ dari potensi bahaya yang bisa mengancam dirinya di negeri Syam. Semua itu menjadi bagian dari perjalanan hidup yang dipersiapkan untuk misi besar kenabian.

 

About PENDIDIKAN UNTUK NEGERI

The Dreamnews Alor Community is a community established on February 12, 2022, by six founders: Mukmin, Asmar, Bunda, Dhian, Tyadiana, and Hadat. Its main goal is to improve literacy and numeracy for children in remote areas of the country, especially in regions far from the city and with limited access to education. The community focuses on the fields of education, social issues, religion, politics, and other areas.

0 Reviews :