DREAMNEWS ALOR

Banom NU Alor Gelar Santunan Sosial di Momen Hari Santri Nasional 2025

Kisah Meminta Hujan dengan Wajah Nabi Muhammad SAW #bagian 18

 


Dalam sejarah panjang umat Islam, terdapat sebuah kisah agung yang menggambarkan betapa mulianya kedudukan Nabi Muhammad ﷺ di sisi Allah, hingga keberkahan wajah beliau menjadi sebab turunnya rahmat dari langit. Kisah itu dikenal dengan peristiwa meminta hujan dengan wajah beliau, yang diriwayatkan dalam beberapa kitab hadits sahih.

Di tanah Hijaz, khususnya di Madinah al-Munawwarah, masyarakat pernah menghadapi musim kemarau yang panjang. Panas menyengat membakar pasir, ladang-ladang kering, dan sumur-sumur mulai menyusut airnya. Daun-daun berguguran, binatang ternak kehausan, dan manusia mulai merasakan getirnya hidup tanpa turunnya hujan. Saat itu, seluruh penduduk Madinah berkumpul di masjid Nabawi, hati mereka penuh kegelisahan, bibir mereka kering, dan wajah mereka memancarkan doa yang tulus.

Dalam keadaan seperti itu, seorang sahabat bangkit di hadapan Rasulullah ﷺ. Ia mengadu dengan penuh kerendahan hati,

“Wahai Rasulullah, ternak kami binasa, tanah kami gersang, dan kami sudah sangat membutuhkan rahmat Allah. Berdoalah kepada Allah agar Dia menurunkan hujan kepada kami.” Permintaan itu lahir dari hati yang penuh keyakinan, karena mereka tahu bahwa doa Nabi ﷺ tidak pernah tertolak.

Rasulullah ﷺ pun berdiri. Beliau mengangkat kedua tangannya yang mulia ke arah langit. Suasana masjid hening, hanya terdengar isakan orang-orang yang memohon hujan bersama beliau. Beliau menengadahkan wajahnya, penuh harap, dan melantunkan doa kepada Allah. Saat itu, langit Madinah tampak cerah, tidak ada awan sama sekali, matahari menyengat tanpa penghalang. Namun, baru saja doa beliau selesai dipanjatkan, seketika langit berubah.

Awan mendung berarak cepat dari segala penjuru. Angin membawa kelembapan, cahaya matahari yang menyilaukan tertutup, dan tetes hujan pertama pun jatuh ke tanah Madinah. Orang-orang yang tadinya kering kerontang, kini menengadahkan wajah mereka ke arah langit, menangkap tetesan rahmat itu. Hujan pun turun dengan deras, membasahi pasir, menyuburkan ladang, dan menghidupkan kembali tumbuh-tumbuhan.

Peristiwa itu begitu membekas di hati para sahabat. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana doa Nabi ﷺ menjadi sebab turunnya keberkahan dari langit. Mereka pun memahami bahwa beliau bukan sekadar manusia biasa beliau adalah utusan Allah yang diberi kedudukan tinggi di sisi-Nya.

Setelah beberapa hari hujan terus mengguyur, seorang sahabat kembali datang kepada Rasulullah ﷺ. Kali ini bukan untuk meminta hujan, tetapi agar hujan dihentikan, karena banjir mulai melanda dan jalan-jalan tertutup air. Maka beliau kembali mengangkat kedua tangannya, dan berdoa agar hujan dialihkan ke daerah sekitar, tidak lagi langsung ke Madinah. Seketika langit Madinah kembali cerah, sementara hujan turun deras di sekitar kota.

Kejadian itu dikenal dalam sejarah Islam dengan istilah istiskā’ dengan wajah Rasulullah ﷺ. Hingga setelah beliau wafat, para sahabat tetap menjadikan keberkahan beliau sebagai wasilah. Tercatat bahwa di masa khalifah Umar bin Khattab, ketika Madinah dilanda kemarau, beliau tidak langsung berdoa sendiri. Umar mendatangi Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi ﷺ, lalu berkata:

“Ya Allah, dahulu kami meminta hujan kepada-Mu dengan wajah Nabi-Mu, dan Engkau menurunkan hujan kepada kami. Kini kami memohon kepada-Mu dengan wajah paman Nabi-Mu, maka turunkanlah hujan kepada kami.”

Maka Allah pun menurunkan hujan dengan deras. Dari sini jelas terlihat, betapa besar keberkahan yang Allah berikan melalui Rasulullah ﷺ dan keluarganya.

Kisah meminta hujan dengan wajah Nabi ﷺ adalah pelajaran mendalam. Bahwa Allah menempatkan kekasih-Nya pada derajat yang agung, dan bahwa doa seorang hamba yang benar-benar dekat dengan Allah bisa menjadi jalan turunnya rahmat bagi banyak orang. Umat Islam kemudian memahami, bahwa ketaatan kepada Allah, kecintaan kepada Rasulullah ﷺ, dan doa yang ikhlas adalah kunci datangnya pertolongan dari langit.

 

About PENDIDIKAN UNTUK NEGERI

The Dreamnews Alor Community is a community established on February 12, 2022, by six founders: Mukmin, Asmar, Bunda, Dhian, Tyadiana, and Hadat. Its main goal is to improve literacy and numeracy for children in remote areas of the country, especially in regions far from the city and with limited access to education. The community focuses on the fields of education, social issues, religion, politics, and other areas.

0 Reviews :