DREAMNEWS ALOR

Banom NU Alor Gelar Santunan Sosial di Momen Hari Santri Nasional 2025

Nasab dan Keluarga Rasulullah SAW Bagian #12 #Sirah Nabawiyah



1. Hasyim bin Abdu Manaf – Sang Peletak Jejak Kemuliaan

Nama aslinya adalah ‘Amr, namun orang-orang Quraisy memanggilnya Hasyim karena kebiasaannya menghancurkan roti lalu mencampurnya dengan kuah daging untuk memberi makan jamaah haji. Dari situlah lahir julukan mulia itu.

Hasyim seorang yang dermawan, ia juga negarawan ulung. Pada masanya, Mekah sudah menjadi pusat peribadatan karena ada Ka‘bah, tapi kondisi ekonominya belum stabil. Hasyim melihat peluang besar: perdagangan lintas musim. Ia membuat perjanjian dagang dengan kabilah-kabilah Syam, Yaman, hingga Habasyah. Quraisy akhirnya punya sistem kafilah dagang musim dingin ke Yaman, musim panas ke Syam. Mekah pun jadi pusat transit yang ramai.

Selain urusan dagang, Hasyim juga menjaga kehormatan Ka‘bah. Ia memimpin Quraisy dengan wibawa. Namun, ajal menjemputnya di Gaza (Palestina sekarang), saat sedang dalam perjalanan dagang. Ia wafat sekitar tahun 497 M, dan dimakamkan di sana.

Sebelum wafat, ia meninggalkan beberapa anak, salah satunya Syaibah, yang kelak terkenal dengan nama Abdul Muththalib.

2. Abdul Muththalib bin Hasyim – Sang Penjaga Sumur Zamzam

Nama kecilnya adalah Syaibah, karena saat lahir rambutnya sudah putih di beberapa bagian. Ia lahir di Yatsrib (Madinah sekarang) dari pasangan Hasyim dan Salma binti Amr, seorang perempuan dari kabilah Khazraj.

Ketika ayahnya (Hasyim) wafat, Syaibah kecil diasuh oleh ibunya di Yatsrib. Ia tumbuh sebagai anak berwibawa, pandai, dan terhormat. Hingga suatu ketika, pamannya yang bernama Al-Muththalib datang menjemputnya untuk dibawa ke Mekah. Saat masuk kota Mekah, orang-orang mengira Syaibah adalah budaknya Al-Muththalib. Sejak saat itu, ia dipanggil Abdul Muththalib (hamba Al-Muththalib), dan nama itu melekat sepanjang hidupnya.

Abdul Muththalib kemudian menjadi pemimpin Quraisy. Ia terkenal dengan keberaniannya menggali kembali sumur Zamzam yang sempat tertimbun ratusan tahun. Meski mendapat tentangan, ia yakin tempat itu suci. Benar saja, setelah digali, muncul kembali sumber air yang tak pernah kering hingga hari ini.

Ia juga dikenal sebagai sosok yang religius, masih memegang ajaran tauhid peninggalan Nabi Ibrahim. Doa-doanya penuh keyakinan. Puncak wibawanya tampak saat Pasukan Gajah yang dipimpin Abrahah hendak menghancurkan Ka‘bah. Abrahah merampas unta-unta Abdul Muththalib, dan ketika ia meminta hewan-hewan itu kembali, Abrahah heran:

"Aku datang menghancurkan rumah sucimu, Ka‘bah, tapi kau hanya menuntut unta?"

Abdul Muththalib menjawab tegas:

"Aku adalah pemilik unta, maka aku urus untaku. Adapun Ka‘bah, ia punya Pemilik yang akan menjaganya."

Dan benar, Allah mengutus burung Ababil untuk menggagalkan pasukan gajah. Peristiwa itu dikenal sebagai Tahun Gajah (570 M) tahun kelahiran cucunya, Nabi Muhammad SAW.

3. Abdullah bin Abdul Muththalib – Pemuda Penerus Cahaya

Di antara anak-anak Abdul Muththalib, ada seorang yang paling dicintainya: Abdullah. Ia dikenal tampan, sopan, rendah hati, dan penuh budi pekerti. Banyak wanita Quraisy yang ingin menikah dengannya. Namun takdir Allah menuntunnya kepada Aminah binti Wahb, seorang gadis terhormat dari Bani Zuhrah.

Pernikahan Abdullah dan Aminah menjadi sejarah besar. Dari rahim Aminah, akan lahir manusia agung yang kelak membawa risalah terakhir bagi umat manusia.


Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Abdullah wafat saat Aminah sedang mengandung. Dalam perjalanan dagang ke Syam, Abdullah singgah di Yatsrib dan sakit hingga meninggal. Ia dimakamkan di Madinah, sementara Aminah harus melanjutkan hidup seorang diri.

Abdullah wafat di usia muda, sekitar 25 tahun, meninggalkan seorang istri yang tengah hamil. Dari pernikahan singkat itu lahirlah seorang anak yang kelak diberi nama Muhammad, yang berarti “yang terpuji”.


About PENDIDIKAN UNTUK NEGERI

The Dreamnews Alor Community is a community established on February 12, 2022, by six founders: Mukmin, Asmar, Bunda, Dhian, Tyadiana, and Hadat. Its main goal is to improve literacy and numeracy for children in remote areas of the country, especially in regions far from the city and with limited access to education. The community focuses on the fields of education, social issues, religion, politics, and other areas.

0 Reviews :